Kapal yang terbakar sekitar pukul 15.00 WIB itu, belum diserahkan dari pembuatnya PT Lundin Industry Invest Banyungi kepada TNI AL. Pembuatan kapal itu bekerjasama dengan arsitek kapal LOMOCean asal Selandia Baru.
Disampaikan Kadispen Koarmatim TNI AL, Letkol Yayan Sugiana, saat ini masih diselidiki penyebab pasti terbakarnya KRI Klewang 625 itu. "Sejumlah petugas kita sudah berada di lokasi. Pemadaman sudah dilakukan," kata Yayan Sugiana.
Ditambahkan Yayan, kapal terbakar saat dilakukan uji coba di Pangkalan Banyuwangi, Jawa Timur. Dugaan awal, penyebab kebakaran adalah karena konsleting listrik dan tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. "Hanya kerugian materi saja," terangnya.
DUGAAN SABOTASE ?
Pemicu terbakarnya Kapal Siluman Klewang jenis Trimaran di Dermaga Angkatan Laut Banyuwangi, belum diketahui. Namun berhembus kabar, kapal senilai miilaran rupiah itu terbakar akibat korsleting listrik. Namun, dugaan sabotase juga muncul karena terdengar ledakan keras.
"Semua
kemungkinan harus diperiksa. Termasuk adanya kemungkinan sabotase pihak
lain," kata Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi
Indonesia Rizal Darmaputra, Jumat (28/9). Investigasi mendalam harus
dilakukan dan melibatkan intelijen militer.
KRI Klewang merupakan proyek bergengsi yang sangat membanggakan. "Agak
janggal ketika tiba-tiba terbakar. Kapal ini bukan seperti proyek
eksperimen, tapi pasti ada sistem security yang ketat. Ini yang jadi
tantangan tim penyelidik," katanya.
Alumnus
IDSS Jenewa itu berharap hasil investigasi diumumkan secara terbuka.
"Supaya publik tahu, karena uang yang dipakai membuat itu juga dari dana
pajak rakyat," ujarnya.
Saat terbakar di
pangkalan AL Banyuwangi, terdengar ledakan keras dari Kapal Siluman KRI
Klewang. Ledakan tersebut membuat warga yang saat itu ada di lokasi
kocar-kacir menyelamatkan diri.
Bahkan
serpihan-serpihan kapal akibat ledakan sempat terbang sekitar 15 meter
di udara sebelum akhirnya jatuh ke laut. Pemadaman yang dilakukan
sepertinya sia-sia karena hampir 90% badan kapal sudah habis dilalap
api. Api terus berkobar karena hembusan angin laut yang kencang. Asap
hitam mengepul hingga ketinggian 25 meter.
Sementara,
meski dikatakan tak ada korban jiwa namun berembus kabar, dua
orang--seorang pekerja dan seorang anggota TNI--terluka dan menjalani
perawatan di rumah sakit.
Anggota TNI AL
tersebut disebut-sebut bernama Heru Sriyanto (48), Komandan Satgas
berpangkat Kolonel. Korban dirawat di ruang VIP RS Islam Banyuwangi,
Jalan Basuki Rahmat Banyuwangi.
Informasi
menyebutkan, korban tiba di RS Islam sekitar pukul 16.00 dalam kondisi
pingsan. Heru disebut mengalami sesak nafas karena terlalu banyak
menghirup asap dari api yang membakar KRI Klewang. "Sekarang
yang bersangkutan sudah sadar," sebut seorang sumber yang namanya
dirahasiakan dikutip dari detiksurabaya.com, Sabtu (29/9).
Sebelumnya,
seorang pekerja PT Lundin atas nama Edi (24), juga dirawat di RS yang
sama. Edi juga mengalami sesak nafas karena kebanyakan hirup asap. Kedua
korban kini masih dalam perawatan.
Informasi
menyebutkan, jumlah pekerja PT Lundin yang bekerja di Kapal mencapai 70
orang. Mereka kini diamankan di pangkalan AL Banyuwangi.
Namun
saat dikonfrimasi, Direktur PT Lundin, Lizza Lundin menjelaskan,
seluruh karyawannya dalam kondisi baik-baik saja. Penyebab kebakaran
masih dalam penyelidikan. PT Lundin berjanji akan memberikan pernyataan
resmi, Senin (1/10)."Alhamdulillah semua selamat, hari senin akan kami
beritahu," katanya.
DIGANTI KONTRAKTOR
Terbakarnya
KRI Klewang 625 menjadi pukulan telak bagi Kementerian Pertahanan.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal TNI
Hartind Asrin mengatakan, insiden ini menjadi tanggung jawab PT Lundin
Industry Invest sebagai kontraktor pembuat kapal.
"Harus
ganti full. Itu ada dalam kontrak pengadaannya. Kalau sudah serah
terima resmi, baru kami yang bertanggung jawab," ujar Hartind saat
dikonfirmasi di Jakarta.
TNI AL memesan
empat unit kapal tersebut. Namun, baru tahapan uji coba berlayar untuk
dilihat apa saja yang kurang guna disempurnakan.
"Kapal
ini belum diserahterimakan secara resmi. Setiap pengadaan alat utama
sistem senjata (alutsista), selalu ada proses serah terima secara resmi
dari pihak pembuat kepada kementerian pertahanan untuk kemudian
diteruskan kepada matra pengguna. Serah terima itu dilakukan oleh
Menhan," katanya.
Karena itu, yang dilakukan
pada 31 Agustus lalu bukan serah terima secara resmi. "Itu baru semacam
perkenalan ke publik," kata mantan atase pertahanan KBRI Malaysia itu.
Nah, ketika kemudian terjadi sesuatu seperti terbakarnya kapal kemarin,
pihak produsen yang bertanggung jawab sepenuhnya.ins
sumber : Vivanews ,Surabayapost

.jpg)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar