"Upaya dari Pemkab ini untuk untuk tetap mempertahankan
budaya dan adat-istiadat," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
disela-sela konferensi pers-nya untuk Grand Launching Banyuwangi Digital
Society, yang akan berlangsung, Sabtu ini (9/3).
Bupati Anas mengatakan, meskipun program ini masih dalam
tahap perencanaan, namun warga sudah sangat antusias menyambut program ini.
Bupati menjelaskan jika program ini sudah berjalan, rumah warga yang tetap
mempertahankan rumah adat Using ini, akan dijadikan objek wisata permukiman
adat. "Sudah pasti ini untuk membuat objek wisata baru di
Banyuwangi," kata Anas.
Konsepnya, kata Anas agar menarik lokasi kompleks permukiman
adat ini tidak mengikuti objek besar yang sudah ada di Banyuwangi. Tetapi
katanya, akan dibuat semacam pendopo ditengah permukinan untuk dijadikan
sentral Budaya masyarakat.
Rumah adat using saat ini masih banyak ditempati di berbagai
tempat di wilayah kabupaten Banyuwangi, Jawa timur, kususnya di Desa Kemiren
yang merupakan warga using yang masih menjunjung tinggi adat-istiadat using
semenjak jaman Kerajaan Majapahit masih berdiri.
Ada 4 macam bentuk rumah adat using, meliputi crocogan, tikel/baresan,
tikelbalung, dan serangan.
Bentuk bangunan rumah itu sendiri dibagi dalam tiga ruang,
yakni biale (serambi), jerumah (ruang
tengah + kamar), dan pawon (dapur).
Di halaman atau sekitar rumah sering dipasang kiling(kitiran
bentuknya seperti baling-baling di tancapkan di bambu yang tinggi dan ada
berbagai macam bentuk manusia, hewan menyertainya ada yang berbunyi dan ada
yang tidak jika baling-baling terhembus angin) sebagai media hiasan atau
hiburan.
sumber : Gatra, Rumah Adat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar